Posted by: e5n5 | 16/04/2010

Gaussian

Bila Anda pernah kuliah statistik, tentu kenal dengan bentuk Distribusi Normal. Kenapa disebut distibusi normal? Apakah ada distribusi yang tidak normal, alias gila? Ternyata bentuk distribusi tersebut sebenarnya disebut Gaussian. Bentuknya seperti lonceng terbalik, ‘bell-shaped’ istilah kerennya. Penyebutan distribusi Gaussian sebagai distribusi ‘normal’ dikarenakan distribusi ini yang paling sering dipakai sebagai rujukan, acuan, atau norma. Dari sinilah ada istilah normal yang berarti ‘norm’ atau acuan. Distribusi normal ini merupakan distribusi yang sering dipakai sebagai alat uji hipotesis statistik. Seringkali untuk memecahkan masalah statistik, bentuk distribusi lain seperti misalnya Lognormal, dapat dikonversi menjadi bentuk distribusi normal. Jadi jelaslah bahwa normal itu sesuatu yang menjadi rujukan. Orang yang normal adalah orang yang bertindak sesuai norma masyarakat. Misalnya pakai baju. Jadi kalau tidak pakai baju, ya tidak normal. Bisa jadi orang tersebut sedang hilang ingatan, atau mungkin sedang melakukan tirakat aneh untuk mendapatkan ilmu yang aneh-aneh. Kita menyebutnya gila. Tentu saja di masyarakat yang budayanya masih berbaju minim, maka yang berpenutup sekedarnya justru yang normal, dan yang memakai pakaian lengkap justru yang gila. Hehe. Kalau lurus tuh apa ya? Menurut definisi matematika, garis lurus adalah garis dengan jarak terpendek yang menghubungkan dua titik. Kalau hidup di jalan yang lurus? Ya tentu saja hidup di jalan yang terpendek. Tapi terpendek antara apa dan apa? Saya juga tak tahu pasti. Tapi mungkin yang dimaksud adalah jarak terpendek dengan Tuhan. Maksudnya, secara kiasan, jalur terdekat dengan Tuhan, jalur yang diperintahkan, jalur yang disuruh manusia menempuhnya. Lurus itu berarti dekat dengan Tuhan. Tapi rasanya jalan lurus itu kok tidak enak ya? Yang bengkok-bengkok kayaknya lebih enak? Mungkin karena nafsu manusia itu suka yang bengkok-bengkok, padahal hati nuraninya suka yang lurus. Itu kalau kita mau jujur dengan nurani kita sendiri. Yang normal belum tentu lurus. Yang lurus belum tentu normal. Lihat saja budaya pergaulan bebas. Sekarang semakin dipandang ‘normal’, padahal nurani kita tentu merasakan hal tersebut tidak lurus. Sebaliknya, yang lurus sering dipandang tidak normal. Bersegera menikah tentu masih dipandang tidak normal. Memang sih, kalau kita mempelajari sejarah para nabi dan orang suci, maka sudah biasa mereka itu disebut tidak normal, gila, tidak waras. Anda pilih menjadi normal atau menjadi lurus? Mari kita jadikan yang normal bisa sekaligus lurus. Dan yang lurus bisa semakin dipandang normal.


Leave a comment

Categories